Selasa, 19 Mei 2015

CUAP-CUAP ABSURD...

Haiiiii! ketemu lagi dengan aku, shincan! (sejak SMA suka dipanggil gitu, daripada shinta-chan, kepanjangan katanyaa). Now I will... ngapain ya?
aku bakal share (lebih tepatnya curcol) tentang remaja cewek..

masa remaja yang menurut aku itu pas lagi remaja-remajanya banget dan doyan banget teenlit, ceeklit, dan lit-lit yang lainnya itu di umur 13-23tahun. Nah, kalian para cewek juga pasti mengalaminya. Saat-saat doyan banget baca novel teenlit ampe lupa mandi lupa makan lupa minum lupa belajar dan lupa-lupa yang lain. haha! belum lagi kalo teenlit yang kalian baca sesuai dengan pengalaman hidup kalian ato pernah kalian temui di dunia nyata ato pernah ada dimimpi kalian atau yang kalian impi-impikan dan semakin memperjelas imaginasi saat membaca teenlit... *ngomongapasihlo* abaikan.

masa remaja, kata orang.. menjadi masa paling seru paling indah paling gokil dan paling susah dilupakan. menurut aku, masa remaja paling seru dan susah dilupain adalah waktu SMA. seragam Putih abu-abu yang begitu keren di badan. nggak tau kenapa kalo pake seragam putih abu-abu keliatan pede dan merasa 'gede'. apalagi Putih abu-abu yakni masa SMA yang paling banyak menjadi background waktu yang ada di teenlit-teenlit. Penulis-penulis teenlit emang jago menarik hati para remaja dengan sangat seringnya (hampir selalu) mengambil tema cerita anak SMA yang mempunyai kehidupan berwarna-warni.

nah itu masa remaja menurut aku, menurut kalian bagaimana?

sekarang, aku mau bahas cerita teenlit. Aku pertama kali kenal dengan yang namanya Teenlit ketika SMA kelas satu dan suka banget ke gramedia untuk 'mengupdate' novel apa aja yang terbit. bahkan rela berjam-jam mengelilingi setiap sudut gramedia untuk menyeleksi mana novel yang aku suka dan pas untuk ku baca. kebetulan, aku punya teman yang juga paling up-to-date soal teenlit. Pertama kali jatuh cinta ama teenlit ketika dipinjami teman sebuah novel teenlit berjudul "Dia, Tanpa Aku" karya kak Esti Kinasih. Jalan cerita yang tidak mudah ditebak dan suka duka kehidupan di dalamnya sangat keren! dan tanggal 15 juni 2015 besok, novel ini bakal ngluarin cover terbarunya yang kalo udah ngerti ceritanya pasti nyesek. tunggu dan segera beli yaa!

tapi guyssss, aku juga mulai kenal dengan wattpad ketika umur sudah 20 tahun! telat banget ya? dan masih juga baper sama cerita di wattpad. Aku pun merasa ketinggalan jaman. gimana enggak? semakin banyak orang-orang imajinatif dan kreatif yang dengan tekun menciptakan karya yang disukai banyak orang. tidak sedikit orang-orang yang menuangkan ide dan kreativitas menulis novel lewat Wattpad.

untuk Wattpad, aku langsung jatuh cinta pada cerita yang berjudul Best Friend dan Enemy karya Andiniciput (nama akun wattpadnya). dan sekarang lagi baper banget setelah selesai membaca Fight For You dari karya orang yang sama *up*. 

oh ya guys! apakah kalian pernah membaca novel teenlit sambil berimajinasi untuk memvisualisasikan tokoh-tokoh dalam ceritanya? pasti pada pernah kan. Bahkan dunia perfiman kita udah banyak banget yang bikin layar lebar dengan mengadaptasi novel. Tapi, nggak sedikit yang kecewa ketika novel-novel best-seller di adaptasi ke film malah menyimpangi alur cerita. hmmm, kalo aja film-film tadi nggak mengotak-atik isi cerita nya, percaya deh pasti bakal booming se booming novel bestseller itu :D

Absurd banget kan postingan gue ini? hahaha.


Rabu, 04 Februari 2015

Profil Guru PKn dan Guru yang Menginspirasi

Now, saya mau share tentang esai yang saya buat..... karena disuruh pak dosen hehe. Ingat ingat ingaaaat, jangan copy paste yah, ini sebagai contoh aja untuk penulisan esai. akan lebih bagus kalo kamu cari bahan esai di perpustakaan ^^ esai ini sengaja nggak saya kasih sumber referensi lengkapnya. Trims. Hope you enjoy it ^^
monggoo....

PROFIL GURU PKN DAN GURU YANG MENGINSPIRASI DILIHAT DARI EMPAT KOMPETENSI DASAR

            Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, guru merupakan pendidik yang mempunyai makna sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan penelitian serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
            Volmer dan Mils menyatakan bahwa profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus, dengan tujuan untuk menyediakan pelayanan ketrampilan atau advis terhadap orang lain dengan bayaran atau upah tertentu. Salah satu kriteria penting dari profesi ialah dasar ilmu dan teori yang sistematis. Bagi profesi keguruan, kriteria ini memiliki implikasi penting terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kecakapan professional yang dimiliki oleh seorang guru.Sehubungan dengan ini maka pekerjaan harus didasari oleh pengetahuan dan kecakapan, baik mengenai mata pelajaran (subject matter) maupun teori-teori pendidikan (Dahlan, 2010: 4-5).
            Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku sama pada pekerjaan lain. Namun dalam perjalanan selanjutnya, mengapa profesi guru menjadi berbeda dari pekerjaan lain, profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus selain dokter, penasihat hukum, pastur. Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanan manusia atau masyarakat.
            Orang yang menjalankan profesi ini hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu haknya, ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama. Di lain pihak profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Mereka (guru) dalam keadaan darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau dengan kata lain hakikat profesi luhur adalah pengabdian kemanusiaan (Dahlan, 2010:7).
            Menurut Dwi Siswoyo, seorang guru yang profesional ialah yang memiliki empat kompetensi dasar. Pertama, kompetensi profesional yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam hal ini mencakup penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan profesi. Kedua, kompetensi pedagogik yakni bukan kompetensi yang hanya bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik...”. kompetensi pedagogik ini mencakup selain pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran. Ketiga, kompetensi kepribadian yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah yang berupa kepribadian yang mantab, berakhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, serta keteladanan dan kewibawaan. Yang terakhir yakni kompetensi sosial. Kompetensi sosial ialah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Siswoyo, 2011:130-131).
            Berdasarkan empat kompetensi di atas, penulis hendak memaparkan profil guru Pendidikan Kewarganegaraan, yang selanjutnya disebut PKn. Guru yang mengampu mata pelajaran PKn, sejak dulu sampai sekarang memiliki tantangan yang besar jika dibandingkan dengan guru mata pelajaran yang lain. Materi yang membosankan selalu menyelimuti mata pelajaran PKn di banyak kalangan peserta didik. Guru yang ekstra disiplin dan keras juga diidentikkan dengan guru PKn. Namun, berbagai metode dan strategi telah dilakukan untuk mengubah mindset para siswa bahwa mata pelajaran PKn menyenangkan dan sangat bermakna bagi seorang warga negara Indonesia. Alhasil,  memang tidak sedikit guru yang berhasil memaknai mata pelajaran PKn dengan bagus dan menyenangkan. Tetapi hal ini tidak habis-habisnya menjadi tantangan guru PKn sampai sekarang.
            Saya pun menyadari betapa teoritisnya mata pelajaran PKn yang mewajibkan para siswa untuk tidak sekadar membaca tetapi juga memaknai apa yang dibacanya. Secara teori, apabila seorang guru PKn dapat memadukan keempat kompetensi dasar dan mampu mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran PKn, maka pembelajaran PKn dapat berjalan menyenangkan, bermakna, dan tentunya tidak membosankan. Namun secara praktis hal itu tidaklah mudah.
            Banyak fenomena yang saya jumpai tentang sikap dan perilaku guru PKn ketika sedang mengajar. Ketika SMP, saya mendapati seorang guru PKn yang keras dan hampir tidak pernah tersenyum. Saat peserta didik melakukan pelanggaran di depan mata guru tersebut, sang guru langsung memarahinya dengan kata-kata yang menusuk hati bagi siswa yang intuitif dan perasa. Begitu di takutinya guru tersebut. Setelah lulus SMP, guru PKn yang serupa juga saya jumpai di jenjang SMA. Perbedaannya hanya pada kemampuan mengelola kelas. Guru PKn yang saya jumpai di jenjang SMA malah tidak memperhatikan sejauh mana perkembangan peserta didiknya dalam mempelajari PKn. Saya menyadari hal itu ketika telah menempuh studi PKn pada jenjang perguruan tinggi. Hal-hal yang demikian yang menyebabkan timbulnya stigma di kalangan peserta didik bahwa guru PKn selalu bersifat keras dan membosankan. Contoh-contoh tersebut adalah guru yang sekadar mengerti mata pelajaran PKn tetapi belum dapat menerapkan keempat kompetensi dasar guru ke dalam dirinya dan ke dalam proses pembelajaran di kelas.
            Padahal bagi guru PKn diperlukan adanya persyaratan khusus yang berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Adapun kriteria guru PKn adalah sebagai berikut: (a) mempunyai keyakinan terhadap kebenaran pancasila, baik sebagai panangan hidup bangsa maupun sebagai dasar negara; (b) mempunyai sikap hidup manusia Pancasila dalam sikap dan tingkah lakunya; (c) memiliki pengetahuan yang benar mengenai Pncasila UUD 1945; (d) menguasai keterampilan mendidik, yaitu upaya bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam di internalisasikan pada siswa; (e) menguasai metode yang dapat menumbuhkan sikap dan mengembangkan sikap serta memiliki sikap keteladanan dan; (f)  menampilkan hubungan guru dengan siswanya yang penuh keakraban kekeluargaan dan menusiawi.
            Dalam kompetensi kepribadian yang telah disebutkan di atas tertera bahwa guru yang profesional hendaknya mampu memiliki pribadi yang ramah, arif, bijaksana, dan dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Sedangkan dalam kompetensi pedagogik, seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran peserta didik dengan efektif dan penuh kreativitas.
            Mengenai perpaduan dua kompetensi di atas, ada sebuah kisah pendek tentang mahasiswa PPL yang mengampu mata pelajaran PKn di sebuah SMP. Ia adalah pribadi yang ramah dan sopan. Namun, peserta didik yang ia bina cenderung tidak memperhatikannya karena ia terlalu lembut dan keramah-ramahan bagi peserta didiknya. Hal ini adalah tantangan baru baginya. Namun hebatnya, ia tidak merasa terbebani dengan problem tersebut karena pikirannya terfokus pada solusi. Ia berkeyakinan bahwa ketika kesulitan datang maka kesulitan tersebut pasti dapat diatasi. Ia memperoleh keyakinan tersebut dari Alquran surah. Al-Insyirah ayat 5-6 yang artinya, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ia menangis ketika tidak mendapat perhatian peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, rasa putus asa berusaha di tangkisnya dengan terus-menerus fokus pada solusi. Akhirnya ia menemukan ide mengenai metode pembelajaran yang pada waktu itu mampu menarik perhatian peserta didik di kelas. Metode tersebut adalah mind-maping dengan ditambah icon-icon timbul yang berwarna-warni. Alhasil, peserta didik tertarik pada icon-icon timbul yang berwarna-warni yang saling berkaitan membentuk sebuah konsep untuk mempelajari fokus materi. ketika metode tersebut diterapkan, peserta didik selalu antusias menyimak dan bersikap tenang serta memperhatikan guru yang sedang mengajar. Masalah telah teratasi.
            Berdasarkan kisah di atas, mahasiswa PPL tersebut telah mampu memadukan kompetensi kepribadiannya yakni mengimplementasikan sikap ramah, berakhlak mulia dan tidak pantang menyerah dengan kompetensi pedagogiknya yakni kemampuan dalam mengelola kelas. Dengan demikian, peserta didik dapat terarah dengan baik dan tidak merasa bosan ketika guru sedang mengajar. Selain itu, metode tersebut tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didiknya tetapi aspek afektifnya dapat terbangun dengan baik. Satu hal lagi yang dapat dipetik dari kisah di atas, bahwa niat dan keyakinan mampu menciptakan solusi atas masalah yang dihadapi.
Guru yang Menginspirasi
            Inspirasi merupakan kata yang paling tepat bagi sesuatu yang dapat mempertahankan motivasi dalam jangka waktu yang sangat panjang. Seseorang yang terinspirasi oleh sesuatu, misalnya setelah menonton sebuah film, untuk mencapai tujuan atau keinginan tertentu akan memiliki semangat yang sangat kuat untuk mewujudkan keinginan tersebut.
            Guru yang baik adalah guru yang menginspirasi. Inspirasi itu tidak hanya ditujukan kepada peserta didik tetapi juga kepada sesama guru. Ada pepatah dari Jeff Johnston (dalam Sennet, 2003: 92) yang berbunyi, “kecintaan akan mengajar adalah hal yang dapat membuat kita bertahan di dalam situasi kelas yang sulit sekalipun”. Selain itu, Christa M. Compton mengatakan, “saat kita merasa diri kita dilumpuhkan oleh retorika tentang tanggung jawab, ujian tingkat tinggi, dan standar kinerja maka kita perlu mengingat kembali misi utama kita yaitu untuk membantu anak-anak belajar dengan lebih baik”. Satu lagi kalimat inspiratif dari Andy Baumgartner, “guru teladan yang sesungguhnya adalah mereka yang datang ke sekolah setiap hari walaupun ada ancaman fisik akan keselamatan mereka; atau guru yang tidak kehilangan antusiasme mengajar walaupun mereka dikelilingi oleh rekan kerja yang lelah dan pesimis. Penghargaan ini adalah untuk guru-guru seperti itu, dan guru-guru lainnya yang berhasil walaupun menghadapi banyak hambatan. Kepada mereka lah saya memberi hormat dan berhutang rasa terima kasih.”
            Kalimat-kalimat inspiratif di atas ditujukan pada rekan sesama guru untuk terus berjuang menjadi pendongkrak kualitas pendidikan. Guru yang inspiratif memandang bahwa masalah adalah vitamin bagi orang-orang yang luar biasa. Bila sedang menghadapi masalah maka sebenarnya hal itu akan membuat jiwa semakin kuat. Hayden mengatakan sesuatu yang fundamental tentang permasalahan ini dengan ujarannya adalah penting untuk belajar dari permasalahan-permasalahan dan menjadi lebih kuat. Atasi masalah dan bergerak maju (Tea, 2009:62).
            Untuk menjadi inspiring teacher, salah satu syaratnya adalah mengasah kemampuan softskill mengajar. Sebuah kemampuan yang mesti ditumbuhkan dari dalam diri guru. Bu Ratna merupakan salah seorang guru yang mengajar di sebuah sekolah di Makassar. Beliau adalah sebuah contoh dari guru yang memiliki latar belakang pendidikan non-guru  karena beliau adalah seorang lulusan ITB. Meskipun demikian, ia berusaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tugas mengajarnya. Belajar dari internet, dari buku, dari seminar dan training, dari radio  penulis mengetahui dari penuturannya mendengarkan acara di sebuah channel radio, dan dari berbagai sumber belajar yang lainnya. Dengan profesinya sekarang ini, penulis mengetahui bahwa beliau sangat menikmatinya. Cerita di atas merupakan gambaran tentang betapapun latar belakang guru, sepanjang terus-menerus meningkatkan softskill mengajar, maka akan menunjang terhadap kelancaran tugasnya sehari-hari (Tea, 2009:74-75).
            Sebenarnya kompetensi profesional tidak akan terbangun dengan baik apabila kompetensi kepribadian, sosial, dan pedagogik turut diimplementasikan dengan baik. Seorang guru yang telah menguasai materi pelajaran tertentu belum tentu dapat mengelola peserta didik dengan baik. Seorang guru yang mampu mengelola kelas pun ketika ia tidak menggunakan strategi-strategi yang kreatif, maka peserta didik cepat atau lambat akan merasakan bosan.
            Mengenai strategi-strategi kreatif, hal itu dapat muncul apabila seseorang mempunyai energi keikhlasan dalam menghadapi peserta didiknya. Ada sebuah kisah inspiratif seorang guru yang bernama Pak Ryksa.
            Ketika Pak Ryksa untuk pertama kalinya diminta mengajar di sebuah SMA swasta di Depok maka asumsiya adalah akan mengajar di tempat yang menyenangkan. Namun apa mau dikata, pada kenyataannya sebaliknya, sebuah situasi penuh tantangan   apabila tidak disebut sebagai keburukan. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas namun tidak mengerjakannya, saat menerangkan di depan kelas, siswa banyak yang mengobrol. Bahkan seringkali siswa masuk kelas sebentar sebelum waktu bubaran jam pelajaran.
            Menghadapi demikian, Pak Ryksa tidak tinggal diam, melainkan melakukan berbagai upaya perbaikan. Apa yang beliau lakukan bukanlah meninggalkan para siswanya, melainkan melakukan upaya yang terbaik. Salah satu upayanya yang bisa dikatakan berhasil adalah belajar sambil bermain kartu. Seperti kebanyakan orang yang sudah mengetahui permainan remi atau domino, maka belajar dengan menggunakan kartu sama aturan permainannya, namun kontennya saja yang berbeda. Bila pada kartu domino atau remi berisi gambar, maka kartu belajar ini berisi materi pelajaran (Tea, 2009:67).
            Cerita di atas pada akhirnya akan bermuara kepada satu kesimpulan, yaitu keikhlasan. Artinya energi keikhlasan seseorang akan memunculkan suatu strategi kreatif. Pada mulanya akan ada banyak alasan untuk membalas keburukan, namun inspiring teacher akan lebih memilih untuk menghadapinya secara ikhlas manakala mendapati dirinya memperoleh sesuatu hal yang buruk. Bukannya tanpa alasan, melainkan menganggap bahwa inilah saat terbaik untuk meraih pahala berlimpah. Akhirnya muncul ke permukaan dalam wujudnya yang baru berupa upaya terbaik.
            Terkait dengan kompetensi yang dikembangkan inspiring teacher di atas, beliau telah berhasil mengembangkan kompetensi pedagogik yakni bagaimana caranya untuk dapat mengelola kelas dengan baik di mana di dalam kelas itu terdapat siswa-siswa yang tidak begitu menghargai gurunya yang sedang mengajar. Metode yang digunakan menarik yaitu berupa permainan. Untuk mengintegrasikan sebuah materi pelajaran kedalam permainan tentu saja tidak mudah apabila seorang guru kurang menguasai materi pelajaran. Secara bersamaan, pak Ryksa telah menerapkan kompetensi profesionalnya dengan baik yakni kemampuan beliau menguasai materi pelajaran di manfaatkan dengan mengintegrasikannya ke dalam permainan kartu domino atau remi. Oleh karena itu, kompetensi pedagogik dan profesional saling mengisi dan melengkapi untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan saling menghargai.
Tips Guru dalam Menghadapi Perubahan dalam Pendidikan
            Kurikulum 2013 telah dilaksanakan sejak tahun 2013 lalu. Semakin banyak sekolah yang menerapkan kurikulum baru ini. Perubahan kurikulum menyebabkan adanya perubahan cara guru mengajar.
            Beberapa orang mungkin akan bereaksi terhadap perubahan dengan cara ini dan sebagian dengan cara itu. Namun sedikitnya akan ada tiga reaksi orang terhadap perubahan, yaitu sebagai berikut: (1) beberapa orang akan berubah dengan cepat menuju kebiasaan-kebiasaan baru; (2) sebaliknya, beberapa orang akan berhenti di awal, alasannya sederhana saja, mereka menolak untuk berubah  mengembangkan skill dan kebiasaan baru; dan (3) beberapa orang yang lain akan berputar di dalam alur perubahan. Penyebabnya karena mereka mengalami kebingungan yang berlarut-larut, mereka menjalani proses belajar mempelajari hal-hal baru, namun dalam praktiknya tidak dilaksanakan malah kebiasaan lamanya masih terus dikerjakan (Tea, 2009:45-46).
            Fenomena yang banyak terjadi dalam proses pembelajaran ketika penerapan kurikulum 2013 yakni pada poin 3 bahwa guru-guru telah di beri pelatihan, namun dalam mengajar kadang masih memakai cara mengajar yang lama. Kurikulum 2013 menghendaki guru yang kreatif dalam mengajar tetapi berpusat pada siswa dan mampu mengembangkan kreativitas siswa. Sedangkan yang banyak terjadi, guru-guru hanya sekadar menyuruh siswa nya berkelompok,berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi dengan pegantar singkat dari guru di awal pertemuan. Seharusnya guru benar-benar menerapkan hasil pelatihan dari dinas pendidikan setempat dalam rangka pengimplementasian kurikulum 2013 dan mengembangkan cara mengajarnya menjadi lebih baik sesuai kurikulum yang berlaku.

            Dalam menghadapi perubahan kurikulum, guru dapat mengikuti diklat dan pelatihan serta sosialisasi kurikulum. Guru harus benar-benar menyerap informasi dan ilmu dari pelatihan tersebut agar benar-benar dapat menerapkan cara mengajar yang baik.

Selasa, 03 Februari 2015

Seputar film 3600 detik

Seputar FILM 3600 detik......



Well, ane jadiin cerita ini menjadi cerita pertama di blog baru ini ^_^ Selamat datang n selamat membaca :)  mari kakak mariiiiii ^^
Ehmm, kayaknya udah telat banget yah kalo baru tau film ini sekarang... Hm, film ini tayang 3 April 2014 lalu, dan sekarang udah 2015 ane baru tau nih film dan jalan ceritanya. Film ini dibintangi oleh Stefan William (Leon) dan Shae (Sandra) sebagai tokoh utama (sok tau banget ya ane). Sekilas yang tertera di posternya sih menarik. Wah mirip novelnya bangeeeet (maap lebaih) tapi jalan ceritanya? enggak sama dengan novelnya. Ada yang diganti. Tapi jujur ini pilem tersedih Stefan William ganteng yang pernah ane tonton guys huhu. dan lebih sedihnya lagi ane baru tau sekarang heuu (maap curhat).

Daaaan, yang ngebikin ane pengen nonton nih film setelah berbulan2 yang lalu ane cuekin waktu masih nongol di bioskop adalahhh Leonnya (hehe). Dalam film, Leon yang ane liat begitu sempurna. Ganteng, pinter, gaya bicaranya lembut, sangat menawan binggo, cute ulalaaaa (sori tangan ane ga bisa kalem). emang sih pas baca novelnya ane loncat-loncatin gitu (jangan bayangin ane loncat-loncat sambil baca novel, kaga lucu) jadi ga tau detail tempatnya n karakternya. Setelah ane download pilemnya dengan penuh perjuangan karena saat itu pertama kalinya ane download pilem sendiri tanpa bantuan sapapun dan di warnet kampus yang lagi lemot gegara pada sibuk daftar-daftar online. Singkat cerita, 3600 detik ane duduk nyengoh nunggu nih pilem selesai terdownload, akhirnyaaaa pada detik ke 3601, ane selesai juga. Setelah itu bener-bener fokus ngeliat ini film. 

dari awal, film ini nyeritain berubahnya kehidupan Sandra setelah perceraian orang tuanya. "Dulu hidup gue berwarna, sekarang gelap. Gelap banget (terus Sandra dirangkul sama Leon aaa ane juga mauu)". Hidup Sandra berubah 180 derajat! ane nontonnya ikut terbawa sedih karena akting kaka Shae yang bagus banget nge feel banget deh (menurut ane lhoh ya ^^), dari mulai nangisnya, marahnya, betenya, sikap bad-girl nya ngena banget!. singkat cerita, Sandra jadi anak baru di sekolah Leon. Sekelas sama Leon. dan adegan waktu Leon ngajak Sandra duduk di bangku sebelahnya bikin ngakak. jeng jeng muka sangar Sandra pake di efek pause gitu. Jadi nih guys, pas nonton film ini ga sepenuhnya serius, sedih, dan menye-menye, tapi ada guyonan ala-ala SMA nya, sesekali ane ketiwi (artinya ketawa kecil) sendiri. Apalagi om Indra Birowo yang ekspresinya itu lhoh (you know what i mean) haha.

Soooo, lanjut ke kedekatan mereka. Awalnya Sandra selalu nolak jalan bareng Leon tapi akhirnya setelah kalah maen Biliar, akhirnya mereka mulai deket. Di novelnya, Leon kaga ikut maen biliar guys tapi di pilemnya malah maen berdua (improv yang keren jg sih tapi). terus waktu Leon kaga ikut olahraga dan Sandra nyamperin Leon, Leon berterus terang kalo dia ga ikut olahraga karena dia ada kelainan jantung dari kecil, nah di filmnya ga dilietin. ga diceritain juga kalo Leon kena sakit jantung dan ngomong sejujurnya ke Sandra. kalo waktu kedekatan mereka waktu belajar dll ga masalah, bagus pisan ^^. Tapi yang bikin ane nganga teriak "HAAAA??" waktu mama Leon bilang kalo Leon kena kanker darah sejak kecil. kok penyakitnya dibikin beda juga ya? improvisasi yang berani. Langsung ane mikir, o mungkin untuk nyingkat durasi biar ga terlalu lama. Tapi Pak Sutradara, lama juga ga papa kok asal sama ama novelnya pasti bikin puas para pembeli novel kak Charon yang jadi best-seller ini :) Terus di film ga ada ending bahwa Sandra udah jadi mahasiswa kedokteran dan waktu abis dari nisan Leon, dia merasakan kalo Leon tetap ada di sampingnya. nah itu yang bikin sedih nya susah ilang abis film ntu selesai. Coba aja kalo ada, sedikit lega kan gua? ane jd bisa tau kalo Leon ga sepenuhnya pergi ninggalin Sandra :) tapi pak sutradara (dan penulis filmnyaa) bener-bener bikin film ini sad ending banget huhu keren deh pak skenarionya :') Hmm kayaknya cuman itu aja deh yang ane liet perbedaan novel ma filmnya :) maap yaa bukan maksud buat kritik sok pinter. Cuman pendapat doank. jangan masukin ke ati yah ^^

Ane pengen lebih ngomentarin akting dua tokoh utama ini. Sandra-Leon. buat kak Shae tadi dah sedikit ane ceritain akting dia yang menurut ane bagus banget kadang juga celetuknya lucu haha apalagi pas bilang "emangnya gue babu?" "emangnya gue kuli?" hahahaaha dan gaya badgirl-nya itu wow bgt keren ditambah backsong-nya yang manteb. Cakep!

buat Leon. Nah ini yang bikin ane greget takjub terkejut terpesona terbius dan sejenisnyaaah. Kak Epem (Stefan W) meranin nya cool banget. Daaan satu yang ane perhatiin mulai dari filmnya yang sebelumnya (7 misi rahasia Sophie) dan berbagai sinetron dia, gaya bahasa Stefan emang mempesona banget, kalem lembut santun yaampun meleleh gua. Tutur katanya yg lembut apalagi pas minta maap sama mbak yang jual CD itu, oh anak yang baik dan santun. bener kata mama Sandra kalo Leon bisa masuk 7 mantu idaman. haha :) Dan yang bikin ane ga bosen bosen nonton ini walaupun tiap slesei nonton ngrasa sedih banget yaituuu Leon (lagi). segalanya tentang Leon yang diperankan Kak Stefan aku syuka :) dan ane sempet mikir, kalo seorang Leon ketika diperankan sama kaka Stefan itu terlalu ganteng dan cool buat dikatain cowok cupu. Tiap orang yang ngeliat juga pasti bilang, "Ganteng ya, manis banget ya, cool yaa". Ane ngetik kayak gini bukan karena ane tergabung dalam Stefanatic atau sejenisnya. Emang sih ane mulai mengagumi kak Stefan waktu maen film 7 Misi rahasia Sophie. tutur katanya yang lembut n menyiratkan perhatian pada siapa aja yang dia ajak bicara atau dia dengarkan. tapi ane ga sebegitu kagumnya. Nah abis liat 3600 detik, wow speechless. Bagus banget akting kamu kak Stefan :) dan ane mikir kayaknya ga cuman akting doank deh tapi emang ka Stefan orangnya kalo ngomong nyenengin aja :)

dan akhirnya, segitu doank yang bisa ane share :) lebih tepatnya ngungkapin perasaan ane abis nonton film 3600 detik yang kata kebanyakan orang, "ah beda ama novelnya, jadi males nonton, ah Kak Shae terlalu bad-girl buat jd Sandra de el el". Menurut gue nggak begitu. Film ini bagus guys, feel nya ngena banget dan lagu kak Shae yang Tetaplah Tersenyum bikin sediiih keinget filmnya. apalagi lagu nya Birdy-Heart of Gold :'( huaa berkaca-kaca mata ane (sapa yang naroh bawang woi ngaku!).

And sekali lagi ane mau bilang, kalo film ini film yang bisa bikin ane nonton berkali-kali karena bagus banget n sedih :') Thank you very much buat seluruh Kru dan production house yang udah ngelahirin film ini dengan cerita yang bagus :) Bagus banget. Sekian dari cerita ane........ bye :) 


Oh ya buat kalian yang juga belum sempet nonton film 3600 detik di tipi ato bioskop, ane kasih tempat donlod pilem yang gampang>> download di sini